Sabtu, 20 Desember 2014

Asuhan Keperawatan Ca Serviks


MAKALAH PENULISAN ILMIAH
KANKER SERVIKS




DISUSUN OLEH :


FARADILLA ATTAMIMI                            






PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MH.THAMRIN
JAKARTA 2014






KATA PENGANTAR

Alhamdulillah,puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,berkat rahmat,taufiq dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “KANKER SERVIKS”.Makalah ini berisi tentang definisi kanker serviks,etiologi,patofisiologi,manifestasi klinis,komplikasi hingga penatalaksanaan keperawatan pada kanker serviks.
Dalam proses penyelesaian makalah ini kami telah banyak menerima dukungan,bantuan,motivasi serta bimbingan dari berbagai pihak.Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada:
1.      Ibu Ilah Muhafilah,Skp., M.Kes,selaku ketua Prodi S1 Keperawatan.
2.      Ns. Neli Husniawati,S.Kep.,M.Kep,selaku dosen pembimbing  mata kuliah Penulisan Ilmiah.
3.      Ibu,Ayah,adik-adik kami serta teman-teman S1 keperawatan R4 yang selalu mendukung kami.
Akhir kata,kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga kami kami dapat memperbaiki makalah ini.Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca yang mempergunakanya.




Jakarta,28 Oktober 2014





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latarbelakang
Kanker serviks adalah jenis kanker yang biasanya tumbuh lambat pada wanita dan mempengaruhi mulut rahim, bagian yang menyambung antara rahim dan vagina. Kanker serviks dapat berasal dari leher rahim ataupun dari mulut rahim, kanker ini tumbuh dan berkembang dari serviks yang dapat menembus keluar dari serviks sehingga tumbuh diluar serviks bahkan dapat tumbuh terus sampai dinding panggul (Andrijono, 2005).

Di antara tumor ganas ginekologi, keganasan kanker mulut rahim atau karsinoma serviks uteri menduduki urutan pertama di negara sedang berkembang termasuk di Indonesia sebesar 369,1 %. Berbeda dengan negara maju karsinoma serviks uteri berada pada urutan ke-5, ini disebabkan karena adanya program test Pap Smear secara periodik dalam upaya deteksi karsinoma serviks uteri (Tambunan, 1995). Selama kurun waktu 5 tahun yaitu tahun 1975-1979 kasus Ca Serviks ditemukan di RSUDGM/ RSUDP Sardjito sebanyak 179 di antara 263 kasus (68,1%). Umur penderitanya antara 30-60 tahun, terbanyak antara usia 45-50 tahun (Wiknjosastro, 2007). Berdasarkan hasil studi pendahuluan tanggal 23 Februari 2009, dari data inap di Ruang Kandungan RSUD yaitu pada tahun 2008 ditemukan kasus kanker serviks sebanyak 622 pasien dari 1382 pasien, yang berarti sekitar 45% dari seluruh pasien dan mortalitas pada pasien kanker serviks sebesar 4,8%.

Sebab langsung dari kanker serviks belum diketahui. Ada bukti kuat kejadiannya mempunyai hubungan erat dengan sejumlah faktor ekstrinsik di antaranya yang paling jarang ditemukan pada perawan, insidensi lebih tinggi pada mereka yang kawin daripada yang tidak kawin, terutama pada gadis yang koitus pertama (coitarche) dialami pada usia amat muda (<16 tahun), insidensi meningkat dengan tingginya paritas, aktivitas seksual yang sering berganti-ganti pasangan, jarang dijumpai pada masyarakat yang suaminya disunat (sirkumsisi), sering ditemukan pada wanita yang mengalami infeksi virus HPV (Human Papilloman Virus) tipe 18 atau 16, kebiasaan merokok, serta kebersihan genetalia yang kurang (Sastrawinata, 1983).

Dengan adanya peranan dari petugas kesehatan khususnya perawat diharapkan dapat menurunkan angka kejadian kanker serviks pada wanita yaitu dengan melakukan upaya terus menerus dalam memberikan penkes tentang pencegahan penyakit antara lain dengan membiasakan hidup sehat, makan makanan yang bergizi, menghindari kebiasaan merokok, tidak berganti-ganti pasangan seksual dan tidak melakukan hubungan seksual pada usia muda, melakukan pemeriksaan Pap’s Smear setiap enam bulan sejak melakukan hubungan seksual pertama kali serta selalu menjaga kebersihan genetalia dengan benar (Tiara, 2003).

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan kanker serviks dan apa sajakah kalsifikasi nya ?
2.      Apa yang menjadi Etiologi dari kanker serviks ?
3.      Bagaimanakah patolofisiologi kanker serviks ?
4.      Apa sajakah manifestasi klinis dari kanker serviks ?
5.      Apa sajakah komplikasi dari kanker serviks ?
6.      Pemeriksaan penunjang apa sajakah yang di lakukan pada  kanker serviks ?
7.      Penatalaksanaan apa yang di lakukan pada penderita kanker serviks ?

C.    Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui dan memahami tentang apa yang di maksud dengan kanker serviks,apa saja penyebabnya,bagaimana patofisiologi dan metastase nya,seperti apa manifestasi nya,pemeriksaan apa saja yang harus dilakukan dan penatalaksanaan apa yang bisa di terapkan pada penderita kanker serviks.

D.    Manfaat Penulisan
1.      Bagi penulis, makalah ini dapat dijadikan sebagai sarana untuk mendalami pemahaman tentang konsep penyakit yang disebabkan karena ca cervix.
2.      Bagi pembaca, khususnya mahasiswa keperawatan dapat mengerti tentang konsep penyakit yang disebabkan karena ca cervix yang sesuai dengan standart kesehatan demi meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat dan dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian yang lebih lanjut.
    



BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.    Definisi kanker serviks
Kanker serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada serviks. Karsinoma serviks merupakan karsinoma yang primer berasal dari serviks (kanalis servikalis dan atau porsio). Serviks adalah bagian ujung depan rahim yang menjulur ke vagina (Cunningham, 2010).

Menurut Diananda,Rama, 2009 Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau serviks yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina.

Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol proliferasi dan maturasi sel pada jaringan serviks. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35 - 55 tahun, 90% dari kanker serviks berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju kedalam rahim.(Sarjadi, 2001)

B.     Klasifikasi kanker serviks
Tahapan stadium klinik Ca cervik menurut The Federation of Gynecologic and Obstetri (FIGO , 1978 ).
1.      Stadium 0                    :Karsinoma in situ ( KIS ), Karsinoma infra epitel, membrana
basalis masih utuh.
2.      Stadium I                    :Karsinoma terbatas pada servik
3.      Stadium Ia                  :Karsinoma mikro invasive, bila membrana basalis sudah rusak
dan sel tumor sudah memasuki stoma > 3 mm dan sel tumor    tidak terdapat dalam pembuluh limfa atau pembuluh darah.
4.      Stadium Ib occ            :Secara klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma, tetapi
pada pemeriksaan histologik sel tumor telah mengadakan invasi stroma melebihi Ia.
5.      Stadium Ib                  :Secara klinis sudah di duga adanya tumor yang menunjukkan
invasi ke dalam stroma serviks uteri.

6.      Stadium II                   :Karsinoma sudah keluar dari serviks dan menjalar ke 2/3
bagian atas vagina, tetapi tidak melibatkan dinding panggul.
7.      Stadium IIa                 :Penyebaran hanya ke vagina, perineum masih terbebas dari
infiltrat tumor
8.      Stadium IIb                 :Penyebaran ke parametrium, uni/bilateral tetapi belum sampai
ke dinding panggul.
9.      Stadium III                 :Penyebaran telah sampai ke 1/3 bagian distal vagina atau
parametrium sampai dinding panggul.
10.  Stadium IIIa               :Penyebaran sampai 1/3 bagian distal vagina, ke parametrium
tidak dipersoalkan dan tidak sampai dinding panggul.
11.   Stadium IIIb              :Penyebaran sudah sampai ke dinding panggul, sudah ada
gangguan faal ginjal.
12.   Stadium IV                :Meluas keluar dari panggul kecil dan melibatkan mukosa
rektum dan atau kandung kemih.
13.  Stadium Iva                :Kanker sudah keluar dari panggul kecil, atau, sudah
menginfiltrasi mukosa rektum dan atau kandung kemih.
14.  Stadium IVb               :Kanker menyebar ke organ lain yang lebih jauh.

C.    Etiologi
Penyebab Ca serviks secara pasti belum diketahui sampai saat ini, diduga ada faktor yang dapat diidentifikasikan sehubungan dengan insiden terjadinya Ca serviks yaitu: (Wiknjosastro, 1999)
1.      Menikah usia dini ( < 16 tahun )
2.      Mempunyai pasangan lebih dari satu atau ganti – ganti pasangan
3.      Sering melahirkan dan jarak kehamilan terlalu dekat
4.      Riwayat infeksi HPV ( Human Papillo Virus) tipe 16 atau 18 5. Infeksi virus herpes tipe  II.
5.      Hygine seksual yang jelek
6.      Pengaruh zat karsinogen
7.      Keturunan
8.      Merokok
9.      Umur 35 – 60 tahun


D.    Patofisiologi
Tidak ada penyebab yang pasti untuk terjadinya Ca serviks, yang ada hanyalah faktor-faktor resiko seperti : usia dini saat melakukan hubungan seksual, melahirkan pada usia sangat muda, berganti-ganti pasangan, pemajanan terhadap kuman Papillo Virus (14PV), dan merokok. Pada perempuan yang melakukan hubungan seksual pada usia dini (ditandai dengan mulai haid 1 kali) maka sel-sel epitel serviks belum siap/ matang dengan sempurna, maka jika ada benda asing yang masuk ke dalam serviks akan menimbulkan lesi, begitu juga pada perempuan yang mengalami persalinan pervagina pada usia dini.  
WOC






E.     Manifestasi klinis
1.      Keputihan
Keputihan merupakan gejala yang Bering ditemukan. Gejala yang keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam hal demikian pertumbuhan tumor menjadi ulseratif.
2.      Siklus menstruasi tidak teratur
Siklus menstruasi yang tidak teratur, dimana siklus lebih pendek dan perdarahan menstruasi yang timbul hanya bercak darah.
3.      Pengeluaran dari vagina yang tidak normal
Pengeluaran dari vagina yang tidak sempurna dapat berupa keputihan yang berbau busuk, perdarahan diluar siklus menstruasi. Rasa rabas akan dialami pada vagina. Pada Ca serviks lanjut meningkat secara bertahap dan menjadi encer, akhirnya berwarna lebih gelap dan sangat berbau akibat nekrosis dan infeksi tumor.
4.      Perdarahan pada post senggama
Perdarahan pada post senggama biasanya terjadi akibat terbukanya pembuluh darah, makin lama akan sering terjadi.
5.      Nyeri
Rasa nyeri berawal dari lumbal, kemudian menjalar ke panggul bagian depan dan belakang paha, lutut sampai pergelangan kaki.
6.      Perdarahan saat BAK dan BAB
Adanya perdarahan spontan pervagina saat defekasi dicurigai kemungkinan adanya Ca serviks. (Hamilton, 1995)

F.     Komplikasi
Komplikasi berkaitan dengan intervensi pembedahan sudah sangat menurun yang berhubungan dengan peningkatan teknik- teknik pembedaan tersebut. Komplikasi tersebur meliputi: Fistula uretra, Disfungsi kandung kemih, Emboli pulmonal, Limfosit, Infeksi pelvis, Obstruksi usus besar, dan Fistula rektovaginal.

Komplikasi yang di alamisegera saat terapi radiasi adalah reaksi kulit, Sistitis radiasi dan enteritis. Komplikasi berkaitan pada kemorterapi tergantung pada kombinasi obat yang di gunakan. Masalah efek samping yang sering terjadi adalah supresi sumsum tulang, mual dan muntah karena  penggunaan kemoterapi yang mengandung sisplatin. ( Gale Danielle, 2000 )


G.    Pemeriksaan penunjang
Menurut WHO, wanita berusia antara 25 dan 65 tahun hendaknya menjalani screening test untuk mendeteksi adanya perubahan-perubahan awal. Wanita di bawah usia 25 tahun hampir tidak pernah terserang kanker serviks dan tidak perlu di-screening. Wanita yang tidak pernah berhubungan badan juga tidak perlu di-screening.
1.      Tes Pap Smear
Wanita bisa mengurangi risiko terserangnya kanker serviks dengan melakukan Pap Smear secara teratur. Tes Pap adalah suatu tes yang digunakan untuk mengamati sel-sel leher rahim. Tes Pap dapat menemukan adanya kanker leher rahim atau sel abnormal (pra-kanker) yang dapat menyebabkan kanker serviks (Bryant, 2012). Hal yang paling sering terjadi adalah, sel-sel abnormal yang ditemukan oleh tes Pap bukanlah sel kanker. Sampel sel-sel yang sama dapat dipakai untuk pengujian infeksi HPV (Puteh, 2008).
2.      Tes IVA
IVA adalah singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat, merupa     kan metode pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher rahim dengan asam asetat. Kemudian diamati apakah ada kelainan seperti area berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks (Bryant, 2012).
3.      Jika hasil tes Pap atau IVA anda tidak normal, dokter akan menganjurkan tes lain untuk membuat diagnosis yaitu Kolposkopi: Dokter menggunakan kolposkop untuk melihat leher rahim. Kolposkop menggunakan cahaya terang dan lensa pembesar untuk membuat jaringan lebih mudah dilihat. Alat ini tidak dimasukkan ke dalam vagina. Kolposkopi biasanya dilakukan di tempat praktek dokter atau klinik.
4.      Biopsi: Dengan bius lokal, jaringan yang dimiliki wanita diambil di tempat praktek dokter. Lalu seorang ahli patologi memeriksa jaringan di bawah mikroskop untuk memeriksa adanya sel-sel abnormal.
5.      Punch Biopsi: Dokter menggunakan alat yang tajam untuk menjumput sampel kecil jaringan serviks.
6.      LEEP: Dokter menggunakan loop kawat listrik untuk mengiris sepotong, bulat tipis dari jaringan serviks.
7.      Endoservikal kuret: Dokter menggunakan kuret (alat, kecil berbentuk sendok) untuk mengikis contoh kecil jaringan dari leher rahim. Beberapa dokter mungkin menggunakan kuas tipis lembut, bukan kuret.

8.      Conization: Dokter mengambil sebuah sampel jaringan berbentuk kerucut. Sebuah conization, atau biopsi kerucut, memungkinkan ahli patologi melihat apakah ada sel-sel abnormal dalam jaringan di bawah permukaan leher rahim. Para dokter mungkin melakukan tes ini di rumah sakit dengan anestesi / bius total.

Pengambilan sampel jaringan dari leher rahim dapat menyebabkan perdarahan. Daerah ini biasanya sembuh dengan cepat. Beberapa wanita juga merasakan rasa sakit yang mirip dengan kram menstruasi. Dokter dapat meresepkan obat yang akan membantu mengurangi rasa sakit (Bryant, 2012).

H.    Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis
1.      Radiasi
a.       Dapat dipakai untuk semua stadium.
b.      Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk.
c.       Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.
2.      Operasi
a.       Operasi limfadektomi untuk stadium I dan II.
b.      Operasi histerektomi vagina yang radikal.
c.       Kombinasi (radiasi dan pembedahan).
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan bertambahnya vaskularisasi, odema.  Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering menyebabkan fistula, disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah.
Cytostatika : Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten.  5 % dari karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, diangap resisten bila 8-10 minggu post terapi keadaan masih tetap sama.

Penatalaksanaan Keperawatan
1.      Promotif
a.       Penyuluhan kesehatan masyarakat dan tingkat gizi yang baik.
b.      Pemeliharaan kesehatan perseorangan dan lingkungan.
c.       Olahraga secara teratur.
d.     Pendidikan seksual yang baik dan benar (penjelasan tentang alat kontrasepsi dan perilaku seksual yang sehat)
2.      Preventif
a.   Perubahan pola diet atau suplemen dengan makan banyak sayur dan buah mengandung bahan-bahan antioksidan dan berkhasiat mencegah kanker misalnya alpukat, brokoli, kol, wortel, jeruk, anggur, bawang, bayam, tomat.
b.   Vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks. Vaksin ini dibuat dengan teknologi rekombinan, sehingga mempunyai ketahanan yang kuat. Vaksinasi ini merupakan pencegahan yang paling utama. Vaksinasi ini diberikan untuk wanita yang belum terinfeksi atau tidak terinfeksi HPV risiko tinggi (16 dan 18).
c.       Pemeriksaan kesehatan reproduksi ke rumah sakit melalui tes pap smear.
3.      Kuratif
a.     Imunoterapi yang merupakan teknik pengobatan baru untuk kanker, yang mengerahkan dan lebih mendayagunakan sistem kekebalan tubuh untuk memerangi kanker. Karena hampir selalu menggunakan bahan-bahan alami dari makhluk hidup, terutama manusia, maka imunoterapi sering juga disebut bioterapi atau terapi biologis.Sejauh ini ada beberapa jenis imunoterapi yang telah dikembangkan.
b.      Interferon
Merupakan sitokin yang berupa glikoprotein. Interferon, khususnya interferon alfa, adalah obat imunoterapi pertama yang digunakan untuk mengobati kanker. Antibodi Monoklonal merupakan antibody yang dihasilkan oleh satu klon sel. Digunakan dalam identifikasi sel, typing darah dan penegakan diagnosa.
c.    Vaksin Saat ini penggunaan vaksin kanker baru saja dimulai. Sebagian besar masih dalam tahap penelitian dan uji klinis, sehingga belum bisa digunakan secara umum.
d.  Colony Stimulating Factor (CSFs) kadang disebut juga hematopoietic growth factors. Obat imunoterapi jenis ini merangsang sumsum tulang belakang untuk membelah dan membentuk sel darah putih, sel darah merah, maupun keping darah, yang kesemuanya berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh.
e.       Terapi gen yang masih bersifat eksperimental ini memberi harapan besar. Dengan memasukkan material genetic tertentu ke dalam sel tubuh penderita kanker, perilaku sel tubuh orang tersebut bisa dikendalikan sesuai kebutuhan.
4.      Rehabilitatif
a.       Latihan fisik bagi yang mengalami gangguan fisik.
b.      Bagi stadium akhir, sebagai perawat melakukan paliatif care.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.    Kanker serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada serviks atau mulut Rahim. Sel kanker ini bersifat ganas dan menyebabkan kematian.
2.   Faktor yang mempengaruhi kanker serviks  adalah berhubungan seksual usia muda, berganti pasangan seksual, sering melahirkan, Infeksi virus dan bakteri virus herpes simpleks dan human papilloma virus (HPV), riwayat keluarga yang memiliki riwayat kanker serviks memiliki risiko terkenan kanker 2-3x lipat, dan merokok.
3.    Manifestasi klinis pada kanker serviks adalah seperti keputihan, ditemukan adanya pendarahan agina di luar masa haid, keluhan sakit setelah bersenggama, dan infeksi pada saluran dan kandung kemih. Pada stadium lanjut mengakibatkan rasa sakit pada panggul, pendarahan yang mirip dengan air cucian daging dan berbau amis, nafsu makan hilang, berat badan menurun, anemia karena pendarahan, dan timbul vistula vesikovaginal atau fistula rektovaginal. Stadiumnya terdiri dari stadium I, II, III, dan IV.
4.    Pencegahannya yaitu menghindari faktor-faktor penyebab kanker di atas, pemeriksaan papsmear, kolposkopi dan skrining, mengkonsumsi makanan bergizi, dan vaksinasi HPV
5.  Pengobatan kanker serviks dilakukan sesuai dengan stadium penderita kanker serviks saat didiagnosis, antara lain tindakan operasi, radioterapi, dan kemoterapi.

B.     Saran
1.      Bagi Masyarakat Khususnya wanita
Untuk melakukan skrining kanker serviks, jangan sampai menunggu adanya keluhan.
Datanglah ke tempat periksa untuk pemeriksaan PAP SMEAR/IVA.Jika ditemukan kelainan pra kanker ikutilah pesan petugas/dokter. Apabila perlu pengobatan, jangan ditunda. Karena pada tahap ini tingkat kesembuhannya hampir 100%.
2.      Bagi Petugas Kesehatan khususnya perawat dan Pemerintah
a.     Perlunya meningkatkan kesadaran dan pengetahuan perempuan untuk melakukan diteksi dini melalui penyuluhan secara intensif oleh tenaga kesehatan baik medis maupun non medis,
b.    Pemerintah hendaknya lebih memprioritaskan penanganan kanker serviks, melalui pelatihan deteksi dini kankes serviks .
c.     meningkatkan peranan perawat ,bidan dan kader kesehatan dalam  upaya memotifasi ibu-ibu untuk melakukan tes pap smear melaui forum PKK, pengajian, dan posyandu.
d.  memberikan penyuluhan kepada perempuan yang berisiko mengenai personal hygiene genital,









DAFTAR PUSTAKA

Andrijono, 2005. Sinopsis Kanker Gynekologi, Divisi Onkologi Departemen Obstetri dan Gynecologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Tambunan, G.W., 1995, Diagnosa dan Tatalaksana Sepuluh Jenis Kanker Terbanyak di Indonesia, cetakan 2, EGC, Jakarta.

Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sastrawinata, S., Obstetri fisiologi Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung. 1983

Cunningham G.F., Leveno K.J., Bloom S.L., Hauth J.C., Rouse D.J., Spong C.Y., et al. 2010. Williams Obstetrics. 23rd ed. USA : McGraw-Hill Company.

Diananda, Rama, 2009. Kanker Payudara. Dalam: Mengenal Seluk-Beluk Kanker. Edisi Baru. Jogjakarta.

Sarjadi.2001 . Patologi Ginekologi, Jakarta Hipokrates

Wiknjosastro,Hanifa.Dkk.1999. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono  Prawirikardjo. Jakarta.

Hamilton, Persis. (1995). Dasar-dasar Keperawatan Maternitas. Edisi 2. Jakarta : EGC

Gale, Danielle & Charette, Jane. (2000). Rencana asuhan keperawatan onkologi. Jakarta : EGC

Bryant, E. (2012). The Impact of policy and screening on cervical cancer in england. British Journal of Nursing , Volume 21, s4-s10.

Puteh, S. E. (2008). Economic burden of cervical cancer in malaysia. Med J Indones , Volume 17, 272-280.